Semarang- Semester ganjil telah berakhir dan surat edaran herregistrasi sudah memanggil. Semester genap akan dimulai pada Senin, 18 Januari 2021, mahasiswa Polkesmar siap beraktivitas menjalankan perkuliahan. Namun, sistem pembelajaran seperti apa yang akan mereka jalankan? Lebih dari sepuluh bulan mahasiswa Polkesmar menjalankan perkuliahan daring melalui aplikasi penunjang seperti Zoom Meeting, Google Meet, Helti, asynchronous,dan lain-lain. UKM White Campus melakukan survei kesiapan mahasiswa Polkesmar dalam menjalankan perkuliahan offline. Survei ini dilakukan pada Senin (04/01/2021) pukul 08.30-11.00 WIB. Sebanyak 1.092 mahasiswa Polkesmar menjadi responden dalam kegiatan survei ini.
Kepala Pusat Pendidikan Sumber Daya Manusia Kesehatan Republik Indonesia, pada Sabtu (14/03/2020) menerbitkan surat edaran yang berisi tentang upaya pencegahan penyebaran Covid-19 di lingkungan Kementerian Kesehatan. Salah satu upaya untuk meminimalkan penyebaran Covid-19 adalah dengan mengalihkan pembelajaran luring menjadi pembelajaran daring. Dalam melaksanakan pembelajaran daring perlu ditunjang dengan pengadaan kuota internet. Namun, Polkesmar terkesan lambat dalam memberikan subsidi kuota internet kepada mahasiswa. Subsidi kuota yang diberikan tidaklah terjadwal, mahasiswa sering bertanya 'Kapan subsidi kuota diberikan?'.
Dalam menjalankan pembelajaran daring, kendala yang sering dialami adalah jaringan yang tidak stabil. Mahasiswa yang berada di daerah susah sinyal sering tertinggal perkuliahan. Mereka tidak dapat mengikuti perkuliahan sampai usai. Tidak sedikit dari mereka yang rela pergi ke pinggir kota untuk memperoleh jaringan dan mengikuti perkuliahan sampai usai. Mahasiswa dituntut harus selalu siap siaga karena jam kuliah yang tidak terduga. Tak jarang pula perkuliahan diadakan tidak sesuai jadwal dan melebihi durasi yang telah ditentukan. Hal ini berpengaruh pada proses pemahaman materi yang akan diterima oleh mahasiswa. Ketekunan dan kemampuan mahasiswa sangat berpengaruh dalam pemahaman materi yang disampaikan oleh dosen. Dapat dikatakan mahasiswa butuh tenaga ekstra untuk menjalankan perkuliahan daring.
Sampai kapan perkuliahan daring akan dilaksanakan? Bukankah mahasiswa kesehatan harus memiliki kompetensi handal agar menjadi tenaga kesehatan profesional? Sebagai calon tenaga kesehatan, sebanyak 884 responden mengaku kehilangan kompetensi / skill sebagai mahasiswa kesehatan. Mahasiswa mengaku kurang optimal dalam menjalankan pembelajaran daring dengan alasan materi yang sulit dipahami dan kurangnya praktik lapangan. Praktik yang dilakukan di rumah pasti mengalami banyak tantangan. Sebagian mahasiswa mengaku kesulitan untuk melakukan praktik secara online karena keterbatasan alat dan bahan praktikum.
Dalam survei yang dilakukan UKM White Campus sebanyak 871 mahasiswa memilih opsi untuk menjalankan kuliah offline. Persentase mahasiswa yang menyatakan sangat ingin menjalankan kuliah offline sebesar 51,8%. Mahasiswa khawatir apabila perkuliahan tetap dilaksanakan secara daring maka skill yang mereka peroleh adalah nihil.
“Semoga untuk perkuliahan segera dilaksanakan secara luring, mengingat pendidikan vokasi berhubungan dengan skill untuk terjun kelapangan.Skill dirasa masih jauh dari kata kompeten untuk melakukan tindakan.Mohon juga untuk pihak kampus lebih mempersiapkan apa yang memang dibutuhkan jika nantinya akan dilakukan secara offline,” ungkap Hegi Kurniajati Pradana, mahasiswa Jurusan Keperawatan semester 4.
Hegi juga menambahkan, “Dilihat dari beberapa kampus kesehatan juga sepertinya sudah melaksanakan kegiatan luring, bahkan saat ini sedang ada yang praktik rumah sakit. Mohon untuk dipertimbangkan.Semoga segala keputusan merupakan hasil yang terbaik.”
Sudah menjadi hal umum bagi mahasiswa kesehatan untuk menjalankan perkuliahan teori sekaligus praktik lapangan. Sebagian mahasiswa hanya memberatkan perkuliahan offline ketika jadwal praktik saja, sedangkan untuk perkuliahan teori masih dijalankan secara daring. Namun, tak sedikit pula mahasiswa yang masih meragukan kuliah offline karena mengingat Covid-19 belum menunjukkan penurunan. Banyak pertimbangan yang perlu diperhatikan untuk menjalankan perkuliahan offline utamanya adalah izin orang tua. Masih ada orang tua yang belum mengizinkan anaknya untuk kembali menjalankan perkuliahan offline karena khawatir akan keselamatan anak.
“Menurut saya dan orang tua, selama masa pandemi belum berakhir lebih baik menerapkan kuliah secara online, karena jika kuliah offline orang-orang berasal dari berbagai daerah.Kita tidak tahu dia membawa atau tidak virus tersebut, apalagi sekarang dikabarkan ada jenis baru dari Covid-19, maka dari itu untuk mengantisipasi lebih baik menjalankan kuliah online dahulu. Orang tua saya juga masih tidak merelakan anaknya jauh dari mereka dalam situasi yang bahaya ini, apalagi dunia luar yang mayoritas orang orang masih kurang adanya penerapan protokol kesehatan,” jelas Dzakiyyatul 'Arif Shofiyana, Mahasiswa Jurusan Rekam Medis dan Informasi Kesehatan, semester 2.
Mahasiswa berharap perkuliahan mendatang dapat dijalankan secara luring meskipun hanya berlaku untuk perkuliahan praktik dengan menerapkan pembatasan. Beberapa kampus kesehatan lain sudah menerapkan perkuliahan luring, lalu mengapa Polkesmar belum mampu melakukan hal yang sama? Semoga dengan adanya survei ini menjadi pertimbangan untuk menimbang keefektifan pembelajaran secara daring dan luring. Pandemi memang belum berakhir, dan belum memungkinkan untuk melangsungkan pembelajaran luring. Namun, mahasiswa kesehatan dihadapkan dengan kenyataan lain, mereka sangat mengandalkan kompetensi (skill), maka sangat tidak memungkinkan apabila perkuliahan terus dilangsungkan secara daring.
Reporter: Salsabila
Komentar
Posting Komentar